Another Source

Join The Community

Premium WordPress Themes

Senin, 28 Maret 2011

rekaan gambar dinosaurus

Senin, 28 Maret 2011 - Tim fakil bertemu dengan sebuah blog yang menceritakan sebelas kesalahan kita tentang rekaan gambar dinosaurus. Masalah yang umum pada artikel-artikel sains populer (namun bukan di faktailmiah.com) adalah tidak adanya referensi ilmiah dibagian akhirnya, jadi kita tidak terlalu tahu dari mana datangnya penemuan baru, walaupun penemuan tersebut benar. Bisa saja penemuan tersebut salah tafsir atau sudah kadaluarsa.



Faktailmiah tertarik untuk memeriksa artikel tersebut sekaligus meninjau penemuan terbaru dibidang perekaan fosil dinosaurus. Karena keterbatasan waktu dan minimnya referensi langsung yang dapat diperoleh dari artikel tersebut, kami hanya dapat membuat pemeriksaan yang sangat terbatas. Anda bisa membaca artikelnya aslinya disini dan melakukan tinjauan yang lebih baik dari kami: Danish Net. Ternyata Rekaan Gambar Dinosaurus Yang Selama ini Kita Ketahui Salah !! ( Inilah 10 Gambar Dinosaurus Setelah Penelitian Lebih Lanjut)
Stegosaurus
Sebelumnya, para paleontolog mengatakan kalau lempengan-lempengan tersebut seperti telinga gajah, dirancang untuk pertukaran panas. Mereka akan meradiasikan panas di siang yang panas untuk mendinginkan hewan ini, atau menyerap panas dari matahari untuk menghangatkan darah di waktu sejuk. Peneliti lain menduga kalau itu untuk perlindungan atau untuk daya tarik seksual. Padian, Main dan rekan-rekannya pada tahun 2005 menyimpulkan kalau deretan sudu di punggung stegosaurus kemungkinan besar untuk menarik pasangan dan mengenal sesama spesies (seleksi seksual). Mereka menolak kalau lempeng stegosaurus berguna untuk perlindungan atau pertukaran panas. Analisa mereka bahkan menyanggah kemungkinan leluhur Stegosaurus juga memiliki lempeng untuk pertukaran panas, seperti Scutellosaurus dan Scelidosaurus. Secara umum sekarang ilmuan berpendapat kalau lempeng stegosaurus fungsinya seperti tanduk rusa, untuk menarik pasangan atau mengenal sesama jenisnya.
Kami belum mempelajari penemuan terbaru mengenai anatomi dan perilaku hidup Stegosaurus selain lempeng punggungnya, jadi belum dapat mengevaluasi apakah benar Stegosaurus memiliki otak yang lebih besar dari biasanya.
Diplodocus
Diplodocus adalah sauropoda dengan tengkorak yang aneh. Dewasanya memiliki moncong persegi yang panjang, berbeda dengan sauropoda lain yang memiliki mocong bulat atau runcing.
Bulan April 2010, para ilmuan dari Museum Paleontologi Universitas Michigan menemukan bahwa anak diplodocus memiliki tengkorak berbeda dari diplodocus dewasa. Fosil tengkorak diplodocus kecil yang ditemukan tahun 1921 memberikan bukti hal ini. Anak diplodocus ternyata memiliki moncong lancip dan mata yang besar.
Tentang agresifitas dan lingkungan hidupnya, fakil belum mempelajarinya. Jadi pernyataan kalau diplodocus lebih senang hidup di daerah kering, lebih lincah dan berbahaya belum dapat diperiksa.
Velociraptor
Gambaran lama
Gambaran baru

Para ilmuan telah tahu bertahun-tahun kalau banyak dinosaurus memiliki bulu. Sekarang keberadaan bulu telah didokumentasikan pula pada velociraptor, salah satu ikon dinosaurus dan kerabat dekat burung.
Semakin banyak yang dipelajari pada velociraptor, semakin dekat kemiripannya dengan burung. Keduanya memiliki tulang khas, membuat sarang, memiliki tulang bolong dan ditutupi bulu. Bila hewan seperti velociraptor hidup di masa kini, kesan pertama kita adalah ia merupakan burung yang sangat aneh.
Benar sekali yang digambarkan danish mengenai velociraptor karena sesuai dengan perkembangan terbaru dalam penelitian velociraptor.
Fosil bulu Velociraptor

Archaeopteryx
Archaeopteryx, dinosaurus teropoda yang diyakini merupakan burung paling purba, ditemukan 150 tahun lalu namun masih diperdebatkan hingga sekarang mengenai bagaimana penerbangannya dilakukan. Ada dua teori tentang evolusi penerbangan : Archaeopteryx berlari, melompat-lompat dalam jarak pendek dan akhirnya mampu terbang; atau Archaeopteryx lebih mirip tupai terbang yang melompat dari pohon ke pohon.
Tahun 2010, para ilmuan menemukan kalau bulu Archaeopteryx ternyata memiliki batang pusat (rachis) yang jauh lebih tipis dari diduga sebelumnya. Batang ini harusnya padat atau bila tidak mereka akan patah akibat gaya angkat saat terbang oleh angin. Struktur padat ini sangat berbeda dengan burung modern, yang rachisnya lebih lebar dan mirip sedotan (bolong didalamnya, contohnya bulu ayam). Bila bulu Archaeopteryx bolong seperti ini, ia tidak akan dapat terbang.
Kesimpulan penelitian tersebut adalah Archaeopteryx memiliki kemampuan terbang yang buruk. Ia bisa terbang, tapi perilaku terbangnya buruk. Bukti ini memperkuat kalau Archaeopteryx memang bentuk transisi antara dinosaurus yang tidak dapat terbang dengan burung yang dapat terbang dengan sempurna.
Jadi, salah kalau dikatakan bahwa Archaeopteryx 100% dinosaurus, ia memang bentuk transisi antara dinosaurus dan burung. Kesimpulannya, penuturan Danish Net salah.
Tyrannosaurus rex
Berikut dua versi T-rex yang diterima ilmuan sekarang:
Versi daerah hangat:
Versi daerah dingin:
Tahun 2004 para ilmuan memberikan laporan mengenai kemungkinan kalau T-rex memiliki bulu, paling tidak T-rex yang hidup di daerah dingin. Laporan menunjukkan kalau leluhur T-rex, Dilong paradoxus, memiliki bulu. Karenanya bisa jadi kalau T-rex memang memiliki bulu karena leluhurnya berbulu. Dan karenanya, gambaran lama kalau T-rex persis seperti yang digambarkan film Jurassic Park mesti ditinjau kembali. Gambar T-rex berbulu di atas adalah ilustrasi dari seniman sains Sammy Hall.
Walau begitu studi tahun 2008 menemukan bahwa fosil T-rex besar memiliki penutup tubuh berupa sisik mosaik. Penelitian ini menduga kalau T-rex kehilangan bulunya saat tubuhnya menjadi semakin besar. Hal ini konsisten dengan minimnya penutup tubuh isolator pada mamalia besar di masa kini seperti gajah, kuda nil dan badak. Ketika benda semakin besar, kemampuannya menyimpan panas juga semakin besar karena menurunnya rasio luas permukaan dengan volume. Karenanya, bulu T-rex akan kehilangan keuntungan selektif untuk isolasi termal di iklim yang hangat, karena ia menjebak kelebihan panas di tubuh. Tentu T-rex masih dapat dibayangkan memiliki bulu bila mereka hidup di iklim dingin. Karenanya, ilmuan menduga kalau ada dua jenis T-rex, T-rex berbulu di daerah dingin, dan T-rex polos di daerah hangat. T-rex polos lebih banyak karena rata-rata iklim zaman Kapur relatif panas.
Mengenai perilakunya, memang penemuan terbaru menunjukkan kalau T.rex adalah pemburu. Mereka bukan pencuri bangkai seperti dinosaurus predator kecil.
Kesimpulannya, gambaran nyata T-rex masih belum lengkap namun sifatnya yang agresif disepakati oleh para ilmuan.
Triceratops
Triceratops adalah jenis chasmosaurus lanjutan. Chasmosaurus yang lebih tua memiliki tanduk pendek, sementara Triceratops berusia lebih muda dan seperti kerabatnya, memiliki tanduk panjang dan cukup besar ukurannya. Gambar di atas bukan gambar Triceratops tapi Medusaceratops lokii, yang masih satu keluarga dengan triceratops. Para ilmuan menduga kalau tanduk yang dimiliki triceratops bukan untuk pertahanan/penyerangan namun bertujuan  untuk saling mengenal sesama anggota spesies dan daya tarik seksual, sama seperti warna-warna pada bulu burung modern. Jika hal ini benar, maka kemungkinan besar bahwa triceratops tetap bersifat herbivora dan pendapat kalau triceratops adalah karnivora salah.
Quetzalcoatlus
Quetzalcoatlus adalah reptil bersayap fantastik dengan bentang sayap raksasa. Quetzalcoatlus northropi misalnya, memiliki rentang sayap 12 meter ketika melayang. Penemuan terbaru mengenai Quetzalcoatlus adalah hewan ini terbang berbeda dari burung. Ia harus melakukan lompat jauh sebelum dapat terbang. Jadi seperti singa yang ingin menerkam, pertama berlari, melompat baru melayang.
Dengan kondisi penerbangan yang sulit dan hanya dalam kondisi khusus (diatas tebing misalnya), maka mungkin benar apa yang dikatakan artikel Danish tersebut, kalau Quetzalcoatlus makan dengan mematuk di tanah seperti bangau mematuk ikan di air dangkal, bukannya menyambar seperti elang.

Kesimpulan
Kami masih mempelajari Artikel Danish Net: Ternyata Rekaan Gambar Dinosaurus Yang Selama ini Kita Ketahui Salah !! ( Inilah 10 Gambar Dinosaurus Setelah Penelitian Lebih Lanjut). Velociraptor, Archaeopteryx, Tyrannosaurus rex, Triceratops dan Quetzalcoatlus telah diperiksa. Velociraptor, Tyrannosaurus rex dan Quetzalcoatlus ditemukan sesuai dengan penelitian lebih lanjut, sementara Archaeopteryx dan Triceratops telah tersanggah oleh penelitian yang lebih baru. Klaim bahwa Archaeopteryx 100% reptil tidak dapat diterima oleh bukti terbaru yang menyatakan Archaeopteryx dapat terbang walaupun kasar. Klaim kalau Triceratops bersifat karnivora juga tidak dapat diterima karena rendahnya fungsi tanduknya sebagai senjata. Penemuan terbaru mengungkapkan kalau tanduk Triceratops fungsinya lebih mirip dengan tanduk rusa, yang berperan sebagai aksesoris dan daya tarik seksual spesies. Dalam bagian kedua akan dibahas mengenai : stegosaurus, diplodocus, Spinosaurus, Psittacosaurus,Compsognathus dan Parasaurolophus.

Referensi Ilmiah :
  1. Carbone, C., Turvey, S.T., Bielby, J. 2011. Intra-guild competition and its implications for one of the biggest terrestrial predators, Tyrannosaurus rex. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences; DOI: 10.1098/rspb.2010.2497
  2. Habib, M.B. 2009. Comparative evidence for quadrupedal launch in pterosaurs. Zitteliana. p161-168.
  3. Main, R.P., de Ricqles, A., Horner, J.R., Padian, K., 2005. The evolution and function of thyreophoran dinosaur scutes: implications for plate function in stegosaurs. Paleobiology; April 2005; v. 31; no. 2; p. 291-314; DOI: 10.1666/0094-8373(2005)031[0291:TEAFOT]2.0.CO;2
  4. Nudds, R.L., Dyke, G.J. 2010. Narrow Primary Feather Rachises in Confuciusornis and Archaeopteryx Suggest Poor Flight Ability. Science, 2010; 328 (5980): 887 DOI: 10.1126/science.1188895
  5. Paul, G. S. 2008. The extreme lifestyles and habits of the gigantic tyrannosaurid superpredators of the Late Cretaceous of North America and Asia. In Carpenter, Kenneth; and Larson, Peter E. (editors). Tyrannosaurus rex, the Tyrant King (Life of the Past). Bloomington: Indiana University Press. p. 316.
  6. Ryan, M.J., Chinnery-Allgeier, B.J., Eberth, D.A., Currie, P.J., Ralrick, P.E. 2010. New Perspectives on Horned Dinosaurs: The Royal Tyrrell Museum Ceratopsian Symposium (Life of the Past). Indiana University Press
  7. Turner, A.H., Makovicky, P.J., Norell, M.A. 2007. Feather Quill Knobs in the Dinosaur Velociraptor. Science 21 September 2007: Vol. 317 no. 5845 p. 1721
  8. Whitlock et al. 2010. Description of a Nearly Complete Juvenile Skull of Diplodocus (Sauropoda: Diplodocoidea) from the Late Jurassic of North America. Journal of Vertebrate Paleontology; 30 (2): 442 DOI: 10.1080/02724631003617647
  9. Xu, X; Norell, M.A., Kuang, X., Wang, X., Zhao, Q., Jia, C. 2004. Basal tyrannosauroids from China and evidence for protofeathers in tyrannosauroids. Nature 431 (7009): 680–684. doi:10.1038/nature02855.


0 komentar:

Posting Komentar